Lebih berat
mana meminta maaf dengan memberi maaf?, sepertinya dua hal ini begitu sulit
dilakukan. Saat seseorang menyadari kesalahannya terhadap orang lain seringkali
egois dan gengsi berperan lebih dominan, begitu sulit ucapan maaf terlontar dan
sebagian orang memilih diam dan membiarkan kesalahan itu terlupakan seiring
berjalannya waktu. Mengapa ucapan maaf
begitu sulit terucapkan? Beberapa penelitian seperti dilansir female.kompas.com, Dr Tyler Okimoto, dari University of Queensland, menemukan bahwa orang-orang yang enggan
meminta maaf biasanya merasa dirinya memiliki power
yang lebih besar dari orang lain. Psikolog Andrew Howell dan rekan-rekannya
di Grant MacEwan University Edmonton membuktikan bahwa orang menjaga “self esteem”-nya melalui keengganan
meminta maaf. Dari studi lain, dikatakan ada juga pola asuh yang salah,
sehingga membelenggu individu dari tindakan meminta maaf.
Takut
disalahkan juga merupakan hambatan seseorang untuk mengulurkan tangan terlebih
dahulu untuk meminta maaf. Meminta maaf
adalah wujud kesadaran adanya kekeliruan didalam suatu tindakan atau perkataan,
sebagian orang justru memilih untuk meminta maaf meskipun belum diketahui letak
kesalahannya hanya untuk agar masalah tidak berlarut-larut. Makna maaf adalah pereda amarah, pemulihan
hubungan serta memberi kesempatan bagi si pembuat salah untuk memperbaiki
kekeliruannya.
Saling
memaafkan dibutuhkan untuk menciptakan kerukunan hidup, menekan ego dan menepis
gengsi dapat menjadikan pribadi yang lembut dan pemaaf, meskipun dengan maaf
belum tentu suatu kesalahan besar selesai begitu saja terutama yang sudah
menyentuh ranah hukum. Jangan jadikan
kesalahan kecil memutus tali silaturahim antar sesama hanya karena gengsi untuk
meminta maaf.